Semua proyek selesai pada 2011 dan 2012.
— Manajemen PT PLN (Persero) membutuhkan dana sekitar Rp 8,6 triliun untuk memperkuat sistem transmisi dan distribusi listrik di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Direktur PLN Jawa-Bali-Madura Murtaqi Syamsuddin mengatakan pendanaan sebesar itu berasal dari kredit ekspor sebesar US$ 3 miliar dan kas PLN Rp 800 miliar.”Sisanya, sekitar Rp 5 triliun, dari pemerintah, pinjaman, dan program lainnya,” ujarnya akhir pekan lalu.
Menurut dia, dana itu nantinya akan digunakan untuk memperkuat sistem pasokan listrik di Jakarta dan sekitarnya, di antaranya untuk pemasangan trafo baru pada beberapa gardu induk serta pembangunan saluran listrik tegangan tinggi 150 kilovolt (kV) dan saluran udara tegangan ekstratinggi 500 kV. Semua program tersebut akan berjalan pada 2011 sampai 2012. “Karena prosesnya (pencairan dana sampai tender) tak bisa cepat.”
Murtaqi menjelaskan, padamnya listrik di sebagian Jakarta dan sekitarnya baru-baru ini akibat tertundanya kegiatan investasi transmisi dan distribusi. “Pembangunan pembangkit baru tak sejalan dengan pembangunan di hilirnya,” katanya. Akibatnya, terjadi pembebanan berlebihan pada sistem transmisi dan distribusi.
Seharusnya, kata dia, pembangunan pembangkitan dibarengi dengan pembangunan pada sektor hilir. “Namun, semua itu tak bisa dipenuhi PLN karena tidak adanya dana investasi pada transmisi dan distribusi.” Murtaqi menyatakan, ke depan, PLN akan mengusahakan pembangunan yang seimbang pada sisi pembangkitan dan distribusi.
Sedangkan Direktur Utama PLN Fahmi Mochtar mengatakan, untuk mempercepat proses pemulihan listrik, sudah didatangkan trafo cadangan dari Surabaya. Peralatan gardu induk 500 dan 150 kV, kata dia, sudah dipesan dari Jepang dan Prancis.
“Saya dengar hari ini sudah sampai Cawang dan selesai minggu ketiga Desember, tapi coba dipercepat jadi minggu satu atau kedua Desember,”tuturnya.
Untuk mengatasi pemadaman, Fahmi telah memerintahkan kepada manajemen wilayah PLN membeli listrik dari swasta. “Sedang diusahakan dari Cikarang Listrindo 50 MW, akan ditingkatkan 100 MW dan Bekasi Power 37 MW. Kurangnya 200 MW, jadi masih ada 70 MW yang masih shortage sampai Cawang selesai,”katanya.
Menurut Fahmi, kebutuhan listrik Jakarta sebesar 5.200 megawatt (MW). “Jawa-Bali sekitar 15 ribu MW.Untuk Jakarta,krisis selesai jika Cawang selesai. JawaBali aman setelah masuk tiga pembangkit baru,”ujarnya.
Pasokan listrik di Jakarta makin mengalami krisis setelah terbakarnya dua trafo gardu induk di Kembangan, Jakarta Barat, dan Cawang, Jakarta Timur, pada 27 September dan 29 September lalu. Dampaknya, pasokan listrik kehilangan daya sekitar 800 megawatt dan terjadi pemadaman listrik sebagian Jakarta dan sekitarnya.
Sementara dua trafo yang terbakar itu belum pulih, pada 2 November sekitar pukul 23.40 WIB, terjadi kerusakan pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap Muara Karang. Disusul kerusakan pada trafo di gardu induk Gandul, Cinere, Depok.
Akibatnya, PLN harus melakukan pemadaman bergilir karena kehilangan pasokan 650 megawatt.
(Ali Nur Yasin, Rieka Rahadiana, Koran Tempo, 16 Nop 2009)
Tinggalkan komentar